Friday, June 6, 2008

AKIBAT BANYAK DUDUK, WARNING!!!

Fenomena Urat yang Terjepit

Oleh: Shiera Septrisya

Nyeri punggung bawah terkadang disertai rasa kesemutan di ujung jari kaki. Salah satu penyebabnya adalah hernia nukleus pulposus atau dikenal dengan "urat terjepit". [google.com]
eorang ibu rumah tangga datang ke dokter dengan keluhan nyeri pada pinggangnya. Nyeri itu timbul sejak mengangkat galon air dari lantai. Nyeri dirasakan menjalar dari pinggang belakang sampai ke kaki kiri selama beberapa bulan, kemudian ke tungkai kanan.
Dia sempat mengoleskan obat gosok, tetapi tak juga membaik. Nyeri terasa berkurang saat berbaring, sebaliknya semakin berat ketika batuk, bersin, mengejan, atau berubah posisi, misalkan dari berbaring ke duduk atau membalik badan ke kiri dan kanan ketika berbaring.
Nyeri juga disertai baal (mati rasa) di telapak kaki, terkadang ada rasa kesemutan di ujung-ujung jari kaki. Si ibu merasa kedua kakinya semakin lemah, namun masih bisa berjalan.
Kasus di atas adalah contoh kasus nyeri pada pinggang belakang atau biasa disebut nyeri punggung bawah (low back pain). Sebagian orang pernah mengalami nyeri pinggang dengan penyebab bervariasi, mulai dari saraf, otot, tulang, sendi, penyebab organik lain ataupun penyebab psikogenik.
Salah satu penyebab nyeri punggung bawah adalah hernia nukleus pulposus (HNP) atau dikenal dengan "urat terjepit" atau "saraf terjepit". Kasus di atas adalah contoh nyeri punggung bawah yang disebabkan HNP. Kasus HNP tidak selalu disertai gejala seperti cerita di atas, terkadang rasa nyeri saja sudah cukup untuk membawa pasien ke dokter.
Struktur tulang belakang (kolumna vertebralis) juga memiliki persendian. Serangkaian silinder korpus vertebra yang menyusun kolumna vertebralis dihubungkan oleh persendian yang dinamakan diskus intervertebralis, yang berfungsi membantu meredam tekanan dan regangan (seperti shock breaker) yang terjadi terhadap kolumna vertebralis.
Setiap diskus terdiri atas jaringan sel yang mengandung gelatin, seperti bubur yang disebut nukleus pulposus, yang dikelilingi jaringan ikat tebal (anulus fibrosus).
Diskus ini melekat erat dengan jaringan tulang rawan yang melapisi permukaan atas dan bawah masing-masing korpus vertebra.
Di daerah servikal (leher) dan lumbal (pinggang) yang relatif lebih mobil, diskus intervertebralis lebih tebal, namun jaringan fibrokartilago (jaringan ikat dan tulang rawan) di daerah belakang lebih tipis dibanding dengan diskus intervertebralis lainnya, yang keseluruhannya berfungsi untuk memungkinkan kita bergerak dengan bebas. Karena alasan ini juga, herniasi paling sering terjadi di daerah leher dan pinggang.
Insiden tertinggi HNP terjadi pada usia 30-50 tahun, saat nukleus pulposus masih bersifat gelatinous. Kandungan air di dalam diskus akan berkurang secara alamiah akibat bertambahnya usia.
Prosesnya dimulai dari mengeringnya nukleus pulposus, sehingga berkerut, ligamen mengendor, sedangkan anulus fibrosus menebal, sehingga harus menopang beban yang lebih berat dan mengalami degenerasi.
Diskus yang mengalami dehidrasi ini lama-kelamaan akan menipis dan menjadi rapuh. Pada umumnya her- niasi dari nukleus pulposus, atau ke- luarnya "bubur" ini terjadi akibat cedera fleksi, walaupun sebagian penderita tidak menyadari adanya trauma sebelumnya dan tidak mengetahui faktor pencetusnya.
Trauma yang terjadi dapat berupa trauma tunggal yang berat maupun akumulasi dari trauma ringan yang berulang-ulang, misalnya membungkukkan tubuh atau mengangkat benda berat berulang-ulang.
Menurut gradasinya, herniasi dari nukleus pulposus dapat terjadi dari nukleus yang hanya terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan anulus fibrosus, nukleus berpindah tempat tetapi masih di dalam lingkaran anulus fibrosus, nukleus keluar dari anulus fibrosus, sampai nukleus yang keluar dan menembus ligamen.
Nyeri yang terjadi dapat disebabkan pelepasan asam arakidonat yang merangsang jaringan atau melalui mekanisme neuropatic pain, yakni nyeri yang terjadi disebabkan kerusakan langsung pada saraf.
Kesalahan Persepsi
Nyeri pada pinggang bawah atau tungkai akibat HNP amat tidak menyenangkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Adanya kesalahan persepsi dalam masyarakat bahwa nyeri pinggang selalu berhubungan dengan penyakit ginjal membuat penyakit ini relatif terlambat terdiagnosis, bahkan tatalaksana yang benar dan tepat baru dapat dilakukan setelah penderita mencoba beberapa terapi. Selain nyeri, HNP juga dapat menimbulkan rasa kesemutan, baal, atau kelemahan alat gerak.
Selain pemeriksaan klinis, diperlukan alat diagnostik elektromiografi (EMG). Pada sindroma radiks perlu dilakukan pemeriksaan EMG jarum, dengan hasil yang lebih akurat. Pemeriksaan EMG dapat menentukan level iritasi atau kompresi radiks, membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer, dan membedakan antara iritasi dan kompresi radiks yang bermanfaat untuk menentukan penatalaksanaan yang tepat.
Di samping itu, ada juga pemeriksaan radiologis dengan magnetic resonance imaging (MRI) untuk melihat adanya protrusi atau prolaps dari nukleus pulposus dan seberapa jauh herniasi terjadi. Kombinasi pemeriksaan ini sangat bermanfaat untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.
Adalah penting untuk membedakan apakah HNP yang terjadi hanya sampai tahap peradangan (iritasi) atau sudah menekan (kompresi), karena iritasi dapat diobati secara konservatif sedangkan kompresi memerlukan operasi. Tujuan penatalaksanaan secara konservatif adalah menghilangkan nyeri dan melakukan restorasi fungsional.
Bila pasien akan diobati secara konservatif, harus dijelaskan gerakan-gerakan mana yang dilarang karena akan menambah beban. Konsep tirah baring (bedrest) disarankan karena akan mengurangi tekanan pada diskus dan menempatkan bantal di bawah lutut juga akan membantu menurunkan tekanan.
Selain itu perlu diberi penerangan mengenai posisi-posisi yang dibolehkan sehingga pasien dapat melakukan gerakan-gerakan dengan aman. Pengobatan melalui terapi panas dan krioterapi (therapeutic cold) juga dirasa cukup efektif.
Panas yang diberikan secara superfisial biasanya memberikan relaksasi serta perasaan enak karena pelebaran pembuluh darah yang terjadi menyebabkan tersingkirnya metabolit sel dari sel-sel otot yang tegang.
Efek analgesik (penghilang rasa nyeri) disebabkan karena panas dianggap dapat meninggikan ambang rasa nyeri. Pengobatan nyeri dengan pendinginan dengan cara menempatkan es di daerah punggung bawah akan menembus kulit, jaringan subkutan, dan lemak sehingga mendinginkan lapisan-lapisan superfisial otot, dapat mengurangi spasme otot, dan mengurangi rasa nyeri.
Ada juga terapi dengan menggunakan media air, yang mengombinasikan efek panas, bergeraknya air, dan efek fenomena counterirritant. Bila badan dimasukkan ke dalam air, efek pergerakan air cukup untuk menghilangkan efek gravitasi dan mengurangi beban berat badan pada tulang belakang, sehingga mengurangi rasa nyeri.
Korset
Sering kali terapi pada pasien HNP dibantu dengan pemakaian korset. Pasien juga harus diingatkan agar membatasi gerakannya saat bekerja untuk mencegah kekambuhan.
Misalkan, bila ingin mengambil benda di lantai atau membungkuk dan mengangkat benda berat, sebaiknya dimulai dengan berjongkok terlebih dahulu, sehingga mencegah kembali terjadinya trauma atau cedera diskus intervertebralis pada struktur tulang belakang.
Selain itu, hindari berat badan yang berlebih karena berat badan dapat menjadi beban dan menambah stres fisik pada struktur tulang belakang. Oleh karena itu, program penurunan berat badan dapat menjadi salah satu terapi yang dipilih bagi penderita HNP.
Di samping itu, pemberian obat- obatan juga diperlukan untuk membantu proses penyembuhan. Obat-obat- an yang dipilih dapat berupa golongan obat antiinflamasi nonsteroid, anal- getika, relaksan otot, opioid, antidepresan trisiklik, ataupun golongan obat antiepileptika.
Bila pada pemeriksaan terbukti telah adanya kompresi atau penekanan pada saraf, maka operasi merupakan terapi yang paling dianjurkan.
Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)

0 comments:

KOMENTAR ANDA