Thursday, May 8, 2008

MENULIS? SIAPA TAKUT???

MENGEMBANGKAN BUDAYA MENULIS

“….. Ah, saya tidak punya bakat untuk menulis…”
”…Menulis itu sulit...”
”…Susah untuk mendapatkan ide untuk menulis…”
”…Menulis adalah pekerjaan yang menyebalkan…”
”…Saya tidak punya waktu untuk menulis…”
”…Pokoknya saya tidak suka menulis…”

Apakah Anda termasuk orang yang melontarkan salah satu komentar di atas? Jangan takut. Anda tidak sendirian. Banyak orang yang sepertinya ”alergi” dengan kegiatan tulis menulis ini.

Mereka merasa demikian karena belum mengenal dan mengalami langsung kedahsyatan dari manfaat menulis. Nah, apa saja manfaat yang dapat kita petik dari kebiasaan menulis? Silahkan simak yang berikut ini. Mudah-mudahan Anda pun mau mencoba menulis dan dapat menikmati manfaatnya.

Penulis perlu melalui tiga tahapan utama dalam menulis, yaitu: tahap persiapan, tahap penulisan naskah awal, dan tahap koreksi. Manfaat luar biasa dari menulis ternyata bisa didapatkan pada tiap tahapan menulis tersebut.
Langkah pertama dalam menulis adalah menentukan tujuan dari tulisan yang akan dihasilkan tersebut: meyakinkan pembaca, menghibur pembaca, menceritakan secara kronologis sebuah peristiwa, ataupun menjelaskan sebuah proses. Tujuan inilah yang nantinya akan dijadikan tumpuan dalam mengumpulkan data, mencari contoh-contoh untuk mengembangkan tulisan, dan memilih kata-kata yang tepat untuk menyampaikan pendapat. Tujuan ini juga membantu penulis untuk menjadi lebih fokus dalam upaya mencapai tujuan dan lebih terarah dalam mengembangkan topik yang akan ditulisnya (sehingga tidak melantur).

Kebiasaan merumuskan tujuan dan mengatur strategi yang pas untuk mencapai tujuan juga dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Dengan kebiasaan positif ini, penulis bisa membuat kehidupannya menjadi lebih berarti karena memiliki tujuan. Segala keputusan dan tindakan yang akan diambil pun bisa lebih terfokus, dan terarah untuk mencapai tujuan tersebut.
Setelah tujuan ditetapkan, langkah berikutnya adalah mengumpulkan data ataupun informasi yang cukup untuk membangun tulisannya. Untuk itu, penulis perlu menggali informasi dan data yang diperlukan dari berbagai sumber, misalnya dari bahan-bahan tulisan orang lain di majalah, koran dan buku-buku, percakapan dengan nara sumber, observasi lapangan, ataupun contoh-contoh dari pengalaman pribadi.

Dari proses mengumpulkan informasi dan data yang diperlukan ini, penulis akan banyak menemukan informasi baru, cerita-cerita seru, contoh-contoh menarik, dan pendapat yang beragam dari banyak orang. Semua ini memacu penulis untuk belajar menyerap informasi yang telah berhasil dikumpulkan. Jadi, tahap persiapan ini merupakan sarana belajar yang ampuh untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

Setelah informasi berhasil dikumpulkan, penulis dapat menyusun kerangka dasar penulisan (outline). Untuk melakukan hal ini diperlukan kemampuan untuk berpikir sistematis agar informasi yang disampaikan dapat dicerna dengan baik dan mudah oleh pembaca.
Jika hal ini telah dilakukan berulang-ulang dan telah menjadi kebiasaan yang melekat, maka kebiasaan untuk berpikir sistematis ini juga akan terbawa ke aspek-aspek kehidupan lainnya, misalnya dalam menyatakan pendapat, dalam menyusun perencanaan, dan dalam membuat laporan. Kebiasaan ini merupakan modal penting untuk meraih sukses di mana pun kita berkarya.

Dengan berpegang pada tujuan penulisan dan kerangka dasar yang telah disusun, penulis selanjutnya dapat mengembangkan tulisannya. Pada tahapan ini, penulis dipacu untuk mencari kata-kata yang tepat, susunan kalimat yang benar, konsep, ide, contoh, dan penjelasan yang terjalin dengan harmonis agar bisa dicerna dengan baik oleh pembaca.

Untuk melakukan semua ini, penulis perlu mengaktifkan kemampuan intelektual mereka untuk menjelaskan ide-ide mereka, dan kemampuan berpikir kritis untuk mendukung ide-ide mereka dengan data dan contoh-contoh yang relevan.

Seperti halnya pelukis dan pemusik yang menyatakan perasaan dan pendapat mereka melalui lukisan dan karya musik, penulis pun melakukan hal yang sama. Tulisan dapat digunakan untuk menjadi saluran perasaan dan pendapat yang jika disimpan bisa berdampak negatif bagi tubuh dan pikiran secara fisik dan mental.

Hal ini dituliskan juga oleh James Pennebaker, Ph.D, dan Janet Seager, Ph.D, dalam jurnal Clinical Psychology yang melaporkan bahwa orang yang memiliki kebiasaan menulis umumnya memiliki kondisi mental lebih sehat dari mereka yang tidak punya kebiasaan tersebut. Pikiran yang sehat tentunya akan memiliki kekuatan untuk memberi dampak positif pada tubuh kita secara..fisik.

Joel Saltzman dalam bukunya If You Can Speak You Can Write mengungkapkan bahwa menulis tidak berhenti pada draft pertama, tapi diperlukan upaya untuk menulis kembali. Jadi, langkah selanjutnya adalah penyuntingan, revisi, dan penulisan kembali untuk menyempurnakan hasil tulisan. Untuk tahap ini, seorang penulis perlu memeriksa kembali tulisannya dengan kritis dan objektif. Ia perlu melihat apakah terdapat ketidakcocokan dalam pemilihan kata, contoh, dan ilustrasi. Ia perlu memeriksa apakah ada kesalahan dalan penyusunan kalimat.

Penulis perlu memutuskan apakah informasi yang disampaikan sudah cukup jelas. Singkatnya, penulis perlu melakukan evaluasi menyeluruh untuk melihat kelemahan dari tulisannya dan melakukan koreksi yang diperlukan agar tulisannya menjadi lebih baik. Untuk melampaui tahap ini dengan sukses diperlukan obyektivitas untuk menemukan kesalahan, keberanian untuk mengakui kesalahan, dan upaya untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Tanpa ketiga kualitas ini, tak akan ada perbaikan.

Hal ini juga berlaku di kehidupan sehari-hari. Tanpa keberanian untuk melakukan evaluasi diri secara obyektif, keberanian mengakui kesalahan, maka tidak akan ada upaya perbaikan untuk mencapai…..sukses.

Manfaat dari Hasil TulisanManfaat yang diterima penulis ternyata tidak berhenti ketika ia selesai menjalani proses penulisan. Hasil tulisan juga memberikan berbagai manfaat positif yang dapat dinikmati lama setelah tulisan tersebut selesai dikerjakan.
Jika banyak orang yang memilih uang dan kekuasaan untuk mempengaruhi orang lain, maka tidak demikian dengan Kiyosaki dengan bukunya yang terkenal Rich Dad Poor Dad. Buku dan berbagai tulisan lainnya digunakan oleh Kiyosaki untuk ”mempengaruhi orang” melihat pentingnya memiliki semangat wirausaha.

Tulisan juga digunakannya untuk membuka mata pembaca melihat peluang menjadi independen secara finansial. R.A. Kartini juga menggunakan tulisan untuk mempengaruhi orang lain agar mau memberi kesempatan yang sama pada wanita untuk mengecap pendidikan.

Tulisan juga bisa digunakan sebagai sarana berbagi pengalaman. Seperti yang dituliskan oleh Susan K Perry, orang tua Lo Dietrich sangat terpukul ketika sang anak didiagnosa mengidap cystik fibrosis sejak bayi. Ketika Lo mencapai usia 15 tahun, orang tua Lo telah banyak membaca buku dan literatur mengenai penyakit langka tersebut sehingga mereka memutuskan untuk menuliskan buku tentang penyakit tersebut.

Dalam buku ini orang tua Lo membagikan pengetahuan tentang penyakit Cystic fibrosis, dan pengalaman mereka merawat Lo yang terserang penyakit ini sejak bayi. Mereka mengharapkan bahwa orang tua lain dengan pengalaman dan penderitaan yang sama dapat menimba manfaat dari buku tersebut. Inilah yang memberi kepuasan bagi orang tua Lo sebagai penulis buku tersebut.

Didera penderitaan luar biasa dengan siksaan dan isolasi dari dunia luar selama bertahun-tahun, bisa membuat seseorang hilang ingatan. Tapi ini tidak terjadi pada Wei Jingsheng yang dipenjara dan diisolasi selama 18 tahun. Ia tetap bertahan melalui tulisan. Dengan tulisan yang diselundupkan ke luar penjara, ia masih bisa berkomunikasi dengan keluarga tercinta.

Dengan tulisan tersebut ia juga bisa menyampaikan kepada dunia tentang penderitaan yang dialaminya. Tulisan ini juga akhirnya mampu membebaskannya dari penderitaan. Tulisan tersebut telah membuat dunia memberi tekanan pada pemerintah di negaranya untuk membebaskan Wei Jingsheng.

Untuk hidup abadi, seseorang tidak perlu obat-obatan ataupun kekuatan magis, yang diperlukan adalah kekuatan tulisan yang dapat mengabadikan karya dan pemikiran dari penulis. HC Andersen, dengan cerita-cerita dongeng klasik yang ditulisnya, tetap hidup sampai sekarang. Sutan Takdir Alisyahbana, Chairil Anwar, dan Muhammad Hatta sampai sekarang pun tetap abadi melalui hasil tulisan mereka berupa buku roman klasik, kumpulan puisi, dan buku-buku pemikiran ekonomi, yang jelas selain manfaat kepuasan dan manfaat non-material lainnya, tulisan yang dimuat di media atau yang dipublikasikan dalam bentuk buku dapat memberi manfaat finansial bagi si penulis. Steven Covey dengan seri buku pengembangan dirinya seperti

Seven Habits of Highly Effective People, Paul Ormerod dengan bukunya yang kontroversial The Death of Economics, Joseph Stiglitz dengan bukunya yang penuh kejutan Globalization and Its Discontents, telah mengalirkan banyak keuntungan bukan saja bagi penulisnya, tapi juga bagi penerbit buku-buku tersebut.

Tulisan memiliki kekuatan yang maha dahsyat. Tulisan dapat menggulingkan sebuah rezim, tulisan dapat mencegah perang, tulisan dapat membangkitkan semangat hidup, tulisan dapat menyelamatkan nyawa, tulisan dapat mengasah otak, tulisan juga dapat mendatangkan rejeki. Nah, dengan begitu banyak manfaat yang dapat dipetik dari sebuah tulisan, mulai dari proses menulis, kebiasaan menulis, dan dampak menulis bagi diri sendiri dan orang lain, mengapa kita tidak mencoba menyisihkan waktu untuk menulis dan untuk memupuk kebiasaan menulis?

Referensi:
Aribowo Prijosaksono
Pembelajaran untuk para Eksekutif dan Profesional.

0 comments:

KOMENTAR ANDA