Menyelisik Sistem Mutu Perguruan Tinggi
Ada banyak skenario penting, ketika kita mengungkap mutu pendidikan di Indonesia, di antaranya kualitas sarana pendidikan, kualitas manajemen, serta kualitas hasil pendidikan (output). Dalam kerangka itu, perguruan tinggi (PT) sebagai suatu system dapat dinilai dengan tolok ukur: mutu layanan, mutu pengelolaan proses pembelajaran dan mutu sumber daya manusia (SDM). Mayoritas dari kita selalu mempertanyakan kualitas akhir pendidikan yang tercermin dari mutu SDM yang dihasilkan.
Tulisan ini mencoba menelisik proses pengelolaan manajemen pendidikan tinggi yang menghasilkan output bernama sarjana. Artinya kita tidak sedang memperdebatkan hasilnya, tapi prosesnya.
Merebaknya sistem mutu yang menerpa dunia industri dengan menerapkan ISO 9001, kini memasuki wilayah dunia pendidikan, terutama tuntutan akuntabilitas publik. Masyarakat semakin menyadari bahwa pendidikan bermutu merupakan jembatan untuk kemakmuran ekonomi di masa depan. Di tengah pusaran problematika mutu pendidikan tinggi, kita masih patut berbangga, pada 2005 UGM Yogyakarta bersama Chulalongkom University Thailand berhasil meraih peringkat terbaik dalam pelaksanaan penjaminan mutu perguruan tinggi tingkat ASEAN. Pemeringkatan itu dikeluarkan ASEAN-European University Network Program (AUNP) yang menilai 17 perguruan tinggi se-AsiaTenggara.
Harmonisasi
Salah satu poin penting dalam penilaian adalah tingkat harmonisasi penjaminan mutu internal dan sistem mutu eksternal. Kedua poin ini merupakan bentuk pendekatan proses dalam manajemen mutu PT.
Tools yang dapat diterapkan untuk mendukung proses mutu itu, salah satunya adalah Sistem Manajemen Mutu ISO 9001. Ruang lingkup penerapan dapat ditentukan setelah melakukan pemetaan proses, misalnya menyangkut sistem mutu layanan atau administrasi. Ruang lingkup ini akan menghasilkan "bagaimana manajemen PT diatur dalam suatu administrasi yang sistemik, transparan, tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat mutu". Aspek-aspek ini akan menimbulkan image keterpercayaan (reliability) dan keterjaminan (assurance) yang mencakup: keterpercayaan terhadap penyelenggaraan, ketepatan waktu pendidikan dan keterjaminan berhasilnya pendidikan. Muara dari cakupan ini akan merefleksikan sejauh mana mutu layanan dan manajemen perguruan tinggi.
Diskusi kecil kami dengan beberapa pemimpin universitas menunjukkan animo yang besar untuk menerapkan sistem ISO 9001 dalam pengelolaan PT. Dilema yang selalu mencuat dalam diskusi itu adalah,"Apakah menerapkan persyaratan akreditasi BAN PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi) atau ISO 9001:2000?" Yang satu berorientasi nasional dan yang kedua eksistensinya internasional.
Kenyataannya, banyak PT memperoleh akreditasi "A" dari BAN PT, tetapi tidak ada mahasiswanya alias sepi peminat. Sedangkan standar ISO 9001 merupakan standar internasional yang dikeluarkan oleh International Organization for Standardization. Artinya lembaga yang telah menerapkan ISO 9001, otomotis diakui keberadaan sistem mutunya oleh dunia internasional. Hal ini berdampak positif bagi pelanggan/calon mahasiswa.
Dalam penerapannya, ISO 9001:2000 mensyaratkan adanya perancangan dan pengembangan (design and development). Variabel ini sering menjadi perdebatan di kalangan PT, karena seolah-olah istilah tersebut mutlak milik industri. Demikian pula istilah proses produksi (raw material, incoming/finishing product), yang lebih dekat pada proses pencetakan produk manufaktur daripada SDM PT. Sebenarnya dalam dunia PT terdapat aktivitas perancangan dan pengembangan, terutama desain kurikulum dan proses produksi dengan konsep input-proses-output. Kita mengenal adanya raw-input (mahasiswa) dan instrumen input yang tercermin pada: gedung, perpustakaan, kurikulum, dosen, dan metode. Jika raw-input dan instrumen input masuk dalam proses, maka akan memakan waktu delapan semester, dan menghasilkan output bernama sarjana PT, sesuai standar/kriteria yang dibangun institusi.
Supervisi Akademik
Observasi Navigator Research Institute dalam penerapan sistem mutu PT menunjukkan terdapat kelemahan dalam organisasi pendidikan tinggi dalam melakukan supervisi akademik. Bagian ini merupakan process approach yang paling signifikan terhadap SDM PT. Melalui supervisi akademik, dosen dapat memperbaiki kinerjanya terhadap proses produksi (pembelajaran), termasuk umpan balik apakah pengelolaan kurikulum telah berjalan dengan baik. Strategi ini akan mendorong dosen menerapkan kaji-tindak dalam pembelajaran (classroom action research).
Untuk mengetahui efektivitas supervisi akademik sebagai salah satu bentuk penanganan proses mutu, perlu dilakukan penilaian tentang jalannya program PT. Dari penilaian ini dapat diketahui sejauh mana efektivitas program, tingkat kesehatan unit kerja, serta kekuatan/kelemahan aktivitas yang sedang berjalan.
Evaluasi terhadap efektivitas penilaian dapat dilakukan melalui empat tahap. Pertama, membuat profil mutu belajar (terperinci secara individu). Kedua, membuat profil mutu pembelajaran (terperinci setiap mata kuliah dan kelas). Ketiga, membuat profil kekuatan/kelemahan program yang sedang berjalan. Keempat, membuat profil kepuasan pemangku kepentingan dan pengguna. Objektivitas hasil penilaian memerlukan penerapan tolok ukur. Misalnya, jam belajar dinyatakan tertib jika dimulai/diakhiri tepat waktu, daya serap mahasiswa dinyatakan berhasil jika mampu memperoleh skor minimal 65 pada setiap quiz, dan lain-lain.
Sebagai perbandingan, di Inggris mutu pengajaran merupakan pergulatan hidup-mati sebuah universitas. Perguruan tinggi yang baru berdiri memiliki peluang bersaing dengan universitas tua, sekelas Cambridge atau Oxford University. Mekanisme akreditasi pengajaran yang dilakukan oleh Badan Penjamin Kualitas Pendidikan Tinggi (Quality Assurance Agency for Higher Education/QAA) menjadi faktor penentu fluktuasi jumlah mahasiswa yang masuk ke universitas bersangkutan. Akreditasi QAA meliputi penilaian desain kurikulum, kegiatan belajar-mengajar, ketersediaan sumber belajar-mengajar, serta manajemen peningkatan mutu. Akreditasi yang dilakukan QAA cukup efektif mendorong PT di Inggris merekrut manajer profesional dari kalangan bisnis untuk membenahi lembaga pengembangan mutu di universitas.
Manajemen PT Indonesia akan dapat mengejar ketertinggalannya dibanding manajemen PT luar negeri, dengan menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 yang bersifat internasional.
Yupiter Gulo (Managing Executive Partner) dan A Hamdani (Konsultan ISO 9001)
Sunday, May 25, 2008
MUTU PENDIDIKAN NASIONAL
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment